Senin, 24 Juni 2013

Terjemah Minhajul Qowim


BAB BERSUCI
Bersuci menurut bahasa adalah bersih, sedangkan menurut Istilah adalah “sesuatu yang memperbolehkan kita untuk melakukan sesauatu yang lain seperti halnya wudhu yang memperbolehkan kita untuk melakukan sholat.
Hadast kecil (sesuatu yang mewajobkan wudhu) hadast besar (sesuatu yang mewajibkan mandi) tidak akan sah. Najis tidakakan hilang kecuali bila di basuh dengan sesauatu yang di sebut dengan air. Apabila air tesebut berubah salah satu sifatnya (bau, rasa, dan warna) maka ada dua pembagian yaitu :
1.      Perubahan yang jelas yaitu air yang jelas perubahannya  seperti air mawar, air teh dan lain lain.
2.      Perubahan yang samar yaitu air yang perubahannya samar atau tidak jelas seperti perubahan air yang tetap pada kesuciannya. Pembagian no dua ini juga terbagi menjadi beberapa macam yaitu :
a.      Air yang berubah disebabkan tercampur dengan sesuatu yang suci seperti air the (air yang tidak dapat di gunakan untuk bersuci)
b.      Air yang berubah tetapi tidak lkelihatan perubahannya seperti bekas air mawar, maka perubahannya dikira kirakan.
c.       Air yang berubah disebabkan sesuatu yang di dalamnya seperti debu, lumpur, ganggang.
d.      Air yang berubah desebabkan sesuatu yang menetap dan menjadi tempat lewatnya air seperti ikan, kapur, garam.
e.      Air yang berubah disebabkan sesuatu yang berada di sampingnya seperti minyak, kayu, karena keduanya tidak bisa bercampur dengan air.
f.        Air yang berubah disebabkan sesuatu yang berada di sekitarnya seperti daun yang jatuh dari pohon yang mana jatuhnya bukan karena sengaja di buang

Makruh-Makruhnya bersuci dalam badan bukan dalam pakaian.
1.      Menggunakan air yang sangat panas
2.      Menggunakan air yang sangat dingin
3.      Manggunakan air yang terkena panas sinar matahari
4.      Air yang bertempat pada tempat yang terbuat dari besi atau tembaga

Air musta’mal
Tidak syah hukumnya bersuci dengan menggunakan air musta’amal dalam jumlah sedikit tetepi jika air musta’amal banyak ( lebih dari 2 qolah) maka air tersebut bukan dikatan air musta’mal dan dapat digunakan untuk bersuci seperti menghulangkan hadas atau najis. Ketikan seseorang memasikkan tangannya kedalam air sedikit unutk membasuh wajah maka air tersebut menjadimusta’mal berbeda jika ketika ia mengambil airnya dengan menggunakan cebok ( maka air tersebut tidak dikatakan musta’mal) dan air musta’mala bisa digunbakan untuk bersuci pada penggunkaan yang kedua dan seterusnya ( dalam hal melakukan sunnah-sunnahnya)

AIR NAJIS
Air sedikit yang kejatuhan najis maka hukumnya najis meskipun perubahannya tidak tampak dengan mata. Sesuatu yang di ma’fu yaitu :
1.      Bangkai yang darahnya tidak mengalir seperti serangga, semut. Jika bangkai tersebut dapat merubah air maka air tersebut dikatakan najis (jika pembuangan dalam keadaan mati dan airnya berubah maka air tersebut menjadi najis dan jika masih hidup maka tidak dikatakan najis)
2.      Mulut kucing yang terkena najis, kemudian kucing tersebut pergi dan kembali lagi untuk  menjilat pada air meskipun dalam air banyak (tetapi jika perubahannya kelihatan maka dikatakan najis)
3.      Air sedikit yang terkena asap sesuatu yang najis, seperti asap pembakaran kotoran.
4.      Rambut najis dalam jumlah sedikit
5.      Debu dari kotoran meskipun debu tersebut mengenai pada anggota yang basah
Jika ada air dua kulah kejatuhan najis maka air tersebut tidak dikatakan najis kecuali jika berubah salah satu sifatnya (rasa, warna, dan bau) meskioun perubahannya Cuma sedikit. Apabila perubahannya tersebut hilang dengan sendirinya atau dengan melebihkan air maka air tersebut dikatakan suci. Tetapi jika hilangnya disebabkan sesuatu yang mencampuri seperti minyak misik atau debu yang dapat merubah warna maka tidak dikatakan suci (najis).
Ukuran air dua Qulah yaitu kira kira 500 Ritl Baghdad (Mesir 446 Ritl = 2/4 Ritl)tidak menjadi permasalahan jika kurangnya 1-2 Ritl dan tidak selebihnya (3 dst). Jika di hitung dalam ukuran segi empat maka ukurannya adalah 1 ¼ dziro’ dalam lebarnya, dan jika di ukur dalam ukuran sesuatu yang bulat kedalamannya adalah 2 dziro’ dan diameternya adalah 1 dziro’. Haram menggunakan air yang digunakan untuk minum.

IJTIHAD TERHADAP KESUCIAN

Jika ada sesuatu yang najis dan yang suci dan diantara keduanya terdapat suatu kemiripan maka ber ijtihadlah untuk menentukan kesuciannya meskipun orang yang ijtihad tersebut adalah orang buta tetapi jika ada orang yang dapat di percaya atau ahli fiqih memberitahu tentang kesuciannya dan menjelaskan sebab sebabnya maka ikutilah orang tersebut.

KEHARAMAN MENGGUNAKAN BARANG YANG TERBUAT DARI EMAS ATAU PERAK

Haram menggunakan tempat yang terbuat dari emas atau perak kecuali jika dalam keadaan darurat meskipun hanya mengambilnya baik itu berbentuk kecil seperti tempatnya celak, barang yang di tambal dengan emas dan tidak haram jika menambalnya dengan menggunakan perak (jika sedikit) kecuali jika tambalannya besar dengan tujuan untuk hiasan. Tetapi jika menyambung sesuatu dengan emas atau perak maka di perboehkan. Dalam penyambungan dan penambalan dengan emas atau perak dapat dihasilkan dengan cara dipenaskan terlebih dahulu.

SIWAK

Disunnahkan menggunakan siwak dalam setiap waktu antara lain :
1.      Ketika wudhu
2.      Ketika akan sholat pada setiap takbiratul ihram
3.      Akan membaca al-qur’an, hadist, dan dzikir
4.      Gigi yang menguning
5.      Ketika masuk rumah
6.      Bangun dari tidur dan juga  akan tidur
7.      Setiap saat ketika mulut berbau dan di makruhkan ketika dalam keadaan puasa
Siwak dapat menggunakan kayu, (sikat gigi)kayu aroq itu lebih utama, kurma (bukan dengan menggunakan jari jari tangan). Dan boleh mengguanakan kain yang telah di basahi dengan air. Sedangkan Cara bersiwak adalah dengan menngerakkan kayu siwak dalam lebarnya lisan dari kanan ke kiri dan dari ats ke bawah.
Sunnah sunnah nabi yang lain diantaranya yaitu :
1.      Menyisir rambut
2.      Meminyaki rambut
3.      Menggunakan celak secara ganjil (kiri 2 kali dan kanan 1 kali)
4.      Memangkas kumis
5.      Memotong kuku
6.      Mencabuti bulu ketiak
7.      Menghilangkan bulu kemaluan
8.      Menyisir jenggot
9.      Menyemir rambut  dengan menggunakan warna merah atau kuning (keharaman menggunakan semir disesuaikan dengan keadaan zaman dan daerah masing masing)
10.  Memacari kedua tangan, kedua kaki dengan menggunakan pacar (ketika menikah)
Makruh makruh dalam memotong
1.      Memotong rambut sebagian seperti potongan mohak, punk, dll
2.      Mencabuti uban
3.      Mencabuti jenggot
4.      Berjalan dengan mengguanakan satu sandal atau berbeda
5.      Menggunakan sepatu dengan berdiri

FARDHU WUDHU

Fardhunya wudhu ada 6 yaitu :
1.      Niat ketika membasuh wajah, macam macam niat
a.      Niat menghilangkan hadast
b.      Niat bersuci dari hadast
c.       Niat bersuci untuk sholat
d.      Niat untuk melaksanakan wudhu
e.      Niat untuk melaksanakan fardhunya wudhu
f.        Niat wudhu
g.      Niat di perbolehkan untuk melakukan fardhunya sholat bagi orang yang daimul hadast
h.      Niat untuk di perbolehkan sholat bagi orang yang mempunyai wudhu kemudian wudhu lagi
2.      Membasuh wajah
Batasan wajah lebar : antara telingan kiri sampai telinga kanan
panjang wajah : dari tempat tumbuhnya rambut sampai jenggot
Bagian bagian dari wajah antara lain :
a.      Bulu mata
b.      Alis
c.       Bulu monyet
d.      Godek baik dalam kulit atau rambutnya
e.      Jenggot, jika jenggotnya tebal maka di basuh dhohirnya saja, dan jika tipis wajib menyelah nyelahi dan di sunnahkan menyelah nyelahi jenggot yang tebal dari arah bawah
3.      Membasuh kedua tangan sampai siku siku dan sesuatu yang berada diantara keduanya seperti tumbuhnya tangan baru.
4.      Mengusap sesuatu dari rambut atau kulitnya rambut dalam batasannya rambut
5.      Membasuh kaki dan kedua mata kaki, pecahan pada kaki (seperti dalam tumit)
6.      Tertib, kecuali jika dalam menyelam meskipun hanya sebentar maka sah wudhunya dan wajib muwalah (terus menerus) bagi oarang yang sedang beser dan menjaga niatnya
Perbedaan antara Tertib dan Muwalah
a.      Tertib adalah berurutan antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya
b.      Muwalah adalah sambung menyambung antara anggota satu dengan anggota yang lain

SUNNAH SUNNAH WUDHU

1.      Bersiwak
2.      Membaca Basmalah yang disertakan dengan niat pada awal basuhan kedua telapak tangan, jika lupa maka bacalah بسم الله في أوله وأخره  seperti halnya dalam makan atau minum
3.      Melafadzkan niat
4.      Menjaga niat
5.      Membasuh kedua telapak tangan jika tidak yakin terhadap kesuciannya maka di makruhkan baginya memasukkan tangan pada air sedikit sebelum membasuhnya
6.      Berkumur dan nyesep air ke dalam hidung secara bersamaan dalam satu cakupan tangan secara tiga kali
7.      Mengulangi tiga kali pada setiap basuhan dan usapan
8.      Menyelah nyelahi kedua tangan (mengusap atau menggosok tangan)
9.      Mengambil keputusan dengan yakin bagi orang yang ragu ragu
10.  Mengusap kepala, jika tidak ingin melepas penutup kepala maka usaplah bagian dari kepala kemudian disempurnakan dengan mengusap penutup kepala secara tiga kali
11.  Mengusap kedua telinga dalam segi dhohir, batin dan setiap cela pada telinga dengan menggunakan air yang baru 
12.  Menyelah nyelahi jari jari kedua tangan dan kedua kaki dengan cara jari kelingking tangan kiri dimasukkan pada jari kelingking kaki kanan dengan melalui arah bawah begitu juga sebaliknya
13.  Muwalah (terus menerus)
14.  Mendahulukan setiap anggota yang kanan
15.  Memanjangkan basuhan wajah dan memendekkan basuhan kaki
16.  Dilarang meminta pertolongan untuk menyiramkan air kecuali dhorurat
17.  Tidak memercikkan air setelah wudhu
18.  Tidak mengusap angota wudhu dengan kain kecuali jika terlalu panas, dingin, atau takut najis
19.  Menggerakkan cincin
20.  Mengawali basuhan wajah dari arah atas
21.  Mengawali basuhan tangan dan kaki dari jari jari, jika ada yang menyiramkan maka diawali dari anggota siku siku dan mata kaki
22.  Menggosok anggota
23.  Mengsusap tempat kotoran mata
24.  Menghadap kiblat
25.  Menempatkan tempat wudhu pada arah kanan, jika tempatnya luas
26.  Airnya tidak berkurang jika memanjangkan basuhan
27.  Tidak berbicara [ada setiap wudhu kecuali adanya maslaha (keperluan)
28.  Tidak menamparkan air pada wajahnya
29.  Tidak mengusap leher
30.  Berdo’a setelah wudhu, dan tidak dipermasalahkan membaca do’a pada setiap anggota
اللهم اجعلني من التوابين واجعلني من المتطهرين وجعلني من عبادك الصالحين سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان اه الا انت استغفرك واتوب اليك 




Wajib berijtihad pada setiap sholat fardhu, jika ia lalai dalam menentukan ijtihadnya maka wajib memulia dengan berijtihad yang baru, dan jika ijtihadnya berubah maka lakukanlah ijtihad yang kedua terhadap sesuatu yang akan dilaksanskisn ( akan melaksanakan sholat yang kedua dan tidaka wajib mengkodho’ pada sholat yang pertama baiak perubahannya disebabkan kurang atau atau yang lainnya)
10.  Tidak berbicara yang dapat membatalkan sholat baik dengan ucapan 1 atau 2 huruf yang dapat memehamkan atau dimengerti atau 1 huruf dengan membaca panjanga, meskipun dengan berdehem, dipakasa, tertawa, menangis, merintih, bernafas dengan keras baik dari mulut atau dari hidung. Dan tidak dipermasalahakan ( tidak membatalkan sholat) berbicara 1 atau 2 hurf yang keluar dari lisannya karena “latah” atau lupa, tidak tahu tentang keharaman sholat disebabakan baru masuk islam, orang yang hidup dihutan yang jauh dari ulama’ atau tersenyum (tertawa tanpa suara) dll.

Tidak dipermasalahakan berbicara banyak pada hal-hal yang menjadi suatu Udzur , termasuk dalam udzur yaitu membagusi bacaan yang wajib meskipun dengan melagu Al-Qur’an tetapi jika dengan tujuan memberikan kefahaman (menjadikannya suatau isyaraoh bahwa ia sedang sholat) maka batal sholatnya.
Tidak membatalkan sholat orang yang dzikir, berdo’a ( dengan tidak berbicara) dan tidak melafadkan (do’a atau dzikirnya dalam artian dengan cara kontak batin) dan juga t\idaka membatalkan diam yang lama karena adanya udzur.
 Cara mengingatkan imama yang salah
a.      Bagi laki-laki dengan membaca tasbih.
b.      Bagi wanita dengan menepuk tangan yaitu dengan cara posisi telepak tangan kanan menepuk pada dhohir tangan kiri.

11.  Meninggalkan pekerjaan yang lebih seperti menambah ruku’ atau rukun yang lainnya maka batal sholatnya jika ia melakukanya dengan sengaja, atau melakukan 3 perbuatan yang dilakukan secara sambung- mengambung seperti halnya melangkah 3 kaliatau 3 kali garukan selain pada garukan karena gatal-gatal pada kulit, melompat dengan keras kesemuanya membatalkan sholat baik  dengan sengaja atau tidak. Dan tidak menjasi suaatu permasalaha perbuatan yang sedikit atau gerak yang ringan meskipun banyak seperti halany geranya jari-jari.
12.  Tidaka makan dan minum, jika makan atau minum dalam jumlah yang sedikit baik ketika lupa ataua tidak tahu tentang keharamannya maka hal tersebut tidak mambatalkan sholat.
13.  Tidaka ragu-ragu terhadap rukun ucapan atau pekerjaan dan juga tidak ragu terhadap nian dan takbirotul ihro, jika ragu-ragunya terlalu lama maka maka membatalkan sholat.
14.  Tidak niat keluar dari sholat atau bingung akan keluar dari sholat.
15.  Tidak menggantungkan keluar sholat terhadap sesuatu.

MAKRUH-MAKRUH DALAM SHOLAT
1.      Menengok atau memalingkan wajah, kecualai jika ada hajat.
2.      Mengangkat pandangan ke arah langit.
3.      Mengumpulkan rambut atau pakaiannya ( kecuali kalau ada hajat).
4.      Meletakkan tangan pada lisan tanpa adanya hajat.
5.      Mengusap debu yang ada di dahi.
6.      Meratakan ( memebrsihkan )  krikil atau pasir yang ada pada tempatnya sujud.
7.      Berdiri dengan menggunakan satu kaki.
8.      Mengedepankan salah satu kaki.
9.      Merapatkan kedua kaki.
10.  Sholat dengan menahan kencing, berak atau kentut dalam waktu yang masih lama( tidak berada ditengah-tengah sholat atau sholat akan selesai).
11.  Berkeinginan untuk makan karena terdapat makanan dalam waktu yang masih lama.
12.  Meludah ke arah kanan atau depannya dan haram hukumnya meludah di Masjid.
13.  Meletakkan tangan pada lempengan tubuh (mengkerik).
14.  Menganggukkan kepala ketika ruku’.
15.  Membaca surat pada rokaan yang ketiga dan yang keempat kecualai jika ia mulai dari awal rokaat membaca surat ( maka tidak makruh).
16.  Bersandar terhadap sesuatau yang mana jika sandaran tersebut diambil amak ia akan jatuh, seperti bersandar pada tembok.
17.  Duduk istirochah tertalu lama melebihi bata s duduk diantara du asujud.
18.  Memanjangkan bacaan tasyahud awala.
19.  Meninggalkan membaca do’a pada tasyahud akhir.
20.  Bersamaan dengan imam didalam melakukan sholat
21.  Mengeraskan suara pada temapt mensirrikan suara. Dan mensirrikan suara pada tempat mengeraskan suara bagi ma’mum yang berada dibelakang imam.
22.  Haram mengeraskan suatra karena mengganggu pada yang lainnya.
23.  Sholat dalam kandang atau tempat penyembelihan hewan.
24.  Sholat dalam jurang karena takut akan datangnya banjir.
25.  Sholat di geraja nasroni (كنيسه ) gereja yahudi (  البيعة)
26.  Sholat di kuburan
27.  Sholat pada tempat pemandian
28.  Sholat pada tempatnya unta ( tempat untuk merawat seperti mengganti tepaka, memakaikan tempat duduk di punggungnya).
29.  Sholat pada jalam menuju pintu ka’bah.
30.  Sholat dengan memakia pkaian yang terdapat gambar atau bntuk yang lainnya yang dapat melupakan sholat ( mengganggu kekusukan sholat).
31.  Menutupi wajah ( cadar) atau memakai krudung wajah).
32.  Menyampingkan orang tidur (memindahkan).

MENUTUPI TEMPATNYA SHOLAT
Disunnahkan pada empatnya sholat dilindungi oleh sesuatu seperti tembok atau pagar dengan ukuran kira-kira 2/3 diro’ dan ukuran antara kedua tembok adalah kira-kira 3 diro’. Jika tidak ada pelindung maka beralaslah dengan menggunakan tikar pad tempatnya sholat atau menngunakan batasan seperti garis, dan di sunnahkan mencegah oaring yang lewat didepannya. Dan haram hukunya lewat didepan tempatnya orang yang sedang sholat kecuali jika sholatnya di tengah jalan, sedangkan kalau lewat didepan garis maka tidak haram.

SUNNAH SUJUD SAHWI
Di sunnahkan sujud sahwi 2 kali yang disebabkan 3 hal yaitu :
1.      Meningglakan kalimat tasyahud awal.
a.      Tidak qunut baik dalam sholat shubuh, witir pada pertengahan bulan Ramadhan yang akhir.
b.      Meninggalkan bacaan sholawat pada nabi pada tasyahud awal, Qunut dan tasyahud akhir.
2.      Meninggalkan suatu perbuatan yang tidak membatalkan disebabkan lupa ( apabila ditinggalkan maka tidak membatalkan sholatnya) dan batal apabila dilakukan dengan sengaja.
a.      Menambah rukun pekerjaan (Fi’il) dalam keadaan luap.
b.      Tidak sujud terhadap sesuatu yang tidak dapat membatalkan sholat. Disebabkan lalai atau tidak sengaja seperti halnya memalingkan wajah (menengok), melangkah 1 atau 2 langkah.

Pengecualian
1.      Membaca fatichah yang bukan pad tempatnya Karen ketinggalan seperti membaca ketika ruku’ atau  I’tidal.
2.      Tasyahud yang bukan pada tempatnya seperti halanya dalam duduk diantara dua sujud.
3.      Membaca surat bukan pada tempatnya seperti dalam ruku’ maka di sunnhakna untuk sujud sahwi baik disengaj atau tidak.
c.       Tidak membaca tasyahud awal dan ia ingat pada saat berdiri dan tidak kembali lagi ( untuk tasayahud awal ). Juka seseorang tersebut kembali dan ia tahu tentang keharamannya sholata maka batal sholatnya.
d.      Jika kembalinya karena lupa atau tidak tahu maka tidak batal sholatnya dan disunnhakn sujud sahwi.
e.      Wajib kembali bagi ma’mum yang mengikuti imam.
f.        Jika seoarang imam ingat sebelum ia berdiri mak kembalilah.
g.      Jika seseorang meninggalkan tasyahud awal dengan sengaja maka batal sholatnya. Jika waktunya masih dekat.
h.      Jika seseoarng ingat tidak melakukan Qunut pada saat meletakkan dahi pada lantai atau akan meletakkan maka janganlah kembali, dan di sunnahkan sujud sahwi.
i.        Jika melebihi batasan orang ruku’. ( terlalu lama )
j.        Bingung terhadap perbuatan rukun fi’il.
k.       Jika seseoerang ragu- ragu terhadap ruku’, sujud, rokaat sholat maka wajib meyakinkan (memastikan agar tidak ragu lagi) dan melakukan sujud meskipun keraguan tersebut hilang sebelum salam. Kecuali jika keraguan tersebut hilang sebelum  menetapkan tambahan (seperti halnya ragu terhdap bacaan fatichah tapi ia mengulanginya lagi maka tidak wajib melakukan sujud.
l.        Juka ragu-ragu terhadap jumalah bilangan rokaat 3 atau 4 maka I’tiqotkanlah pada bilangan yang lebi sedikit.
m.    Jika keraguan bilangan sebelum akhir sholat maka tidak perlu sujud sahwi dan jika hilang setelah roka’at maka sujudlah.
n.      Tidka menjadi permasalahan setelah salam ragu-ragu terhadap suatu rukun yang ditinggalkan kecuali ragu-ragu terhadap niat adan takbirotul ihrom (maka membatalkan sholat).
o.      Sujud disunnahkan bagi ma’mum yang lupa atau disebabkan sengajanya imam.
p.      Jika imam meninggalkan sujud sahwi atau berhadas sebelum senpurnanya sholat atau ma’mum mengetahui kesalahan imam maka janganlah mengikuti imam tersebut.
q.      Janganlah ma’mum melakukan sujud sahwi untuk dirinya sendiri dibelakang imam yang suci (tidak batal atau tidak bermasalah).
r.       Jika makmum berperasangka terhadap salamnya imam ( mengangap iman telah salam tapi ternyata imam belum salam) sehingga jelas perbedaan diantara keduanya mak awajib mengulangi salamnya bersama imam dan tidak perlu melakukan sujud.
s.       Jika ma’mum ingat terhadap rukun yang ditinggalakna pad asaat tasyahud selain ragu terhadap niat dan takbirotul ihrom maka hendaknya menambahi satu rokaat dan tidak perlu melaksanakan sujud sahwi dan jika tidak dilakukan (menambahi satu rokaat maka batal sholatnya) .
t.        Jika ma’mum ragu teradap rukun yang ditinggalkan dan ingat pada saat takhiyyat akhr maka menambahi 1 rokaat setelah salamnya imam dan hendaknya melakukan sujud sahwi.
u.      Jika imam melakukan sujud sahwi maka wajib mengikutinya.
v.       Jika menjadi ma’mum masbuq maka wajib sujud bersama dengan imam, jiks ismsmnys melakukan sujud. Dan jiak tidak maka disunnahkan melakukan sujud untuk dirinmya sendiri pad akhir sholat.
w.     Sujud sahwi dilaksanakan 2 kali sujud seperti halnya sholat, meskipun yang lupa itu banyak.
x.       Tempaynta sujud yaitu antara salam dan tahiyyat.
y.       Tida perlumelaksankan sujud apabila salamnya disengaja, atau lupa tetapi jarak pemisahnya terlalu lama. Tapi jika jarknya dekat maka bersujudlah.

SUJUD TILAWAH
Disunnahkan sujud tilawah pad 14 ayat sajadah bagi orang yang membaca, mendengarkan, terdengar bacaan ayat sajadah.
a.      kecuali jika yang baca adalah oarang yang sedang tidur (Ngeleindur), junub, mabuk, lupa.
b.      Dianjurkan sujud bagi orang yang mendengarkan jika imamnya melakukan sujud.
c.       Sedangkan ketika sholat ma’mum wajib mengikuti pada imam jika imam melakukan sujud mam ma’mum wajib sujud, jika tidak mengikuti maka batal sholatnya.
d.      Dan jika yang membaca ayat sajadah adalah ma’mumnya maka tidak wajib melaksanakan sujud( untuk dirinya sendiri ).
e.      Mengulang sujudnya jika mendengar bacaan ayat sajadah lagi meskipun dalam satu rokaat terdapat banyak ayat sajadah. kecualai jika pada waktu yang dimakruhkan.
f.        Ketika sholat membaca ayat sajadah dengan niatan untuk melakukan sujud tilawah tetapi tidak melaksanaknnya apabila disengaja meninggalkan sujud maka batal sholatnya.
SUJUD SYUKUR
Disunnahkan melakukan sujud syukur ketika:
1.      Mendapatkan Ni’mat.
2.      Terhindar dari musibah.
3.      Melihat orang yang fasiq agar kita terhindar.
4.      Melihat orang yang terken bencana atau musibah agar kita diberi keselamatan dan orang yang terkena musibah agar diberi ketabahan.
5.      Ketika membaca ayat SHOD pada selain sholat. Jika dilakuakn pada sholat maka dengan sengaja atau menegtahui tentang keharamannya maka sholatnya batal.
SHOLAT SUNNAH
Sholat sunnah yaitu sholat selain sholat fardhu.
1.      Sholat 2 hari raya ( lebih utama).
2.      Gerhana bulan atau matahari.
3.      Istisqo’
4.      Witir, minimal 1 rokaat maksimal 11 rokaat dan waktunya antara isya’ sampai dengan munculnya fajar dan pada akhir setelah melakukan sholatr malam, atau mengkahirkan pada kahir malam jika ia bangun (lebih utama) dan boleh menggabungkan witir dalan satu salam sedangkan yang lebih utama adalah 2 kali tasyahud.
Cara melaksanakan sholat witir
Jika melkasnaka dengan 3 rokaat mak setelah membaca fatichah pad rokaat pertama membaca surat al’A’la, dan pad rokaat yang kedua membaca surat al-Kafirun dan pad rokaat yang ketriga membaca surat Mu’awwadatain (3 surat yang terakhir pada Al-Qur’an).
5.      Sholat fajar.
6.      Sholat sunnha rawatib, 2 rokaat sebelum dhuhur, jum’at setelh magrib, setelah isya’.
7.      Tarawih, 20 rokaat selain pada madinah dan setiap 2 rokaat salam sedangkan waktunya antara isya’ sampai dengan munculnya mtahari.
8.      Dhuha, 2 s/d 8 rokaat an triap 2 rokaat salam sedangkan ewaktunya dimulai setelah naiknya matahari s/d waktu istiwa’.
9.      Ihrom.
10.  Towaf.
11.  Tahiyyatul masjid.
12.  Sunnah wudhu’
13.  Istikhoroh.
14.  Hjat
15.  Tasbih. Dll.

Alahamdulilah terjemahan kitab Minhajul Qowim ini dapat terselesaikan pada tanggal 14 November 2010/ 8 Dzul hijjah 1431 H. pada pukul 10.00. Semoga terjemahan ini menjadi suatu amal yang sholeh yang dapat menghapus dosa dan kekhilafan serta menghantarkan menuju ridho Allah swt, dan bermanfaat bagi siswa-siswi MDS Ar-Riyadl dan kaum muslimin pada umumnya.
Tak lupa penulis memohon kepada Alloh agar senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada Syeh Sihabuddin Ibnu Hajar Al-Haitami pengarang kitab, kepada dan kepada kita semua yang senantiasa bersemangat untuk mempelajari kitab-kitab fiqih.
Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Saya ucapkan jazaakumulloh kepada semua pihak yang telah membantu demi selesainya penerjemahan ini. Dan mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa berusaha mengikutinya hingga Hari Kiamat kelak. Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.








9 komentar: