BAB BERSUCI
Bersuci menurut bahasa adalah bersih, sedangkan
menurut Istilah adalah “sesuatu yang memperbolehkan kita untuk melakukan
sesauatu yang lain seperti halnya wudhu yang memperbolehkan kita untuk
melakukan sholat.
Hadast kecil (sesuatu yang mewajobkan wudhu) hadast
besar (sesuatu yang mewajibkan mandi) tidak akan sah. Najis tidakakan hilang
kecuali bila di basuh dengan sesauatu yang di sebut dengan air. Apabila air
tesebut berubah salah satu sifatnya (bau, rasa, dan warna) maka ada dua
pembagian yaitu :
1. Perubahan yang jelas yaitu air
yang jelas perubahannya seperti air
mawar, air teh dan lain lain.
2. Perubahan yang samar yaitu air
yang perubahannya samar atau tidak jelas seperti perubahan air yang tetap pada
kesuciannya. Pembagian no dua ini juga terbagi menjadi beberapa macam yaitu :
a. Air yang berubah disebabkan
tercampur dengan sesuatu yang suci seperti air the (air yang tidak dapat di
gunakan untuk bersuci)
b. Air yang berubah tetapi tidak
lkelihatan perubahannya seperti bekas air mawar, maka perubahannya dikira
kirakan.
c. Air yang berubah disebabkan
sesuatu yang di dalamnya seperti debu, lumpur, ganggang.
d. Air yang berubah desebabkan
sesuatu yang menetap dan menjadi tempat lewatnya air seperti ikan, kapur,
garam.
e. Air yang berubah disebabkan
sesuatu yang berada di sampingnya seperti minyak, kayu, karena keduanya tidak
bisa bercampur dengan air.
f.
Air yang berubah disebabkan sesuatu yang berada di sekitarnya seperti
daun yang jatuh dari pohon yang mana jatuhnya bukan karena sengaja di buang
Makruh-Makruhnya bersuci
dalam badan bukan dalam pakaian.
1. Menggunakan air yang sangat panas
2. Menggunakan air yang sangat
dingin
3. Manggunakan air yang terkena
panas sinar matahari
4. Air yang bertempat pada tempat
yang terbuat dari besi atau tembaga
Air musta’mal
Tidak syah hukumnya
bersuci dengan menggunakan air musta’amal dalam jumlah sedikit tetepi jika air
musta’amal banyak ( lebih dari 2 qolah) maka air tersebut bukan dikatan air
musta’mal dan dapat digunakan untuk bersuci seperti menghulangkan hadas atau
najis. Ketikan seseorang memasikkan tangannya kedalam air sedikit unutk
membasuh wajah maka air tersebut menjadimusta’mal berbeda jika ketika ia
mengambil airnya dengan menggunakan cebok ( maka air tersebut tidak dikatakan
musta’mal) dan air musta’mala bisa digunbakan untuk bersuci pada penggunkaan
yang kedua dan seterusnya ( dalam hal melakukan sunnah-sunnahnya)
AIR NAJIS
Air sedikit yang kejatuhan
najis maka hukumnya najis meskipun perubahannya tidak tampak dengan mata.
Sesuatu yang di ma’fu yaitu :
1. Bangkai yang darahnya tidak
mengalir seperti serangga, semut. Jika bangkai tersebut dapat merubah air maka
air tersebut dikatakan najis (jika pembuangan dalam keadaan mati dan airnya
berubah maka air tersebut menjadi najis dan jika masih hidup maka tidak
dikatakan najis)
2. Mulut kucing yang terkena najis,
kemudian kucing tersebut pergi dan kembali lagi untuk menjilat pada air meskipun dalam air banyak
(tetapi jika perubahannya kelihatan maka dikatakan najis)
3. Air sedikit yang terkena asap
sesuatu yang najis, seperti asap pembakaran kotoran.
4. Rambut najis dalam jumlah sedikit
5. Debu dari kotoran meskipun debu
tersebut mengenai pada anggota yang basah
Jika ada air dua kulah kejatuhan najis maka air
tersebut tidak dikatakan najis kecuali jika berubah salah satu sifatnya (rasa,
warna, dan bau) meskioun perubahannya Cuma sedikit. Apabila perubahannya
tersebut hilang dengan sendirinya atau dengan melebihkan air maka air tersebut
dikatakan suci. Tetapi jika hilangnya disebabkan sesuatu yang mencampuri
seperti minyak misik atau debu yang dapat merubah warna maka tidak dikatakan
suci (najis).
Ukuran air dua Qulah yaitu kira kira 500 Ritl Baghdad
(Mesir 446 Ritl = 2/4 Ritl)tidak menjadi permasalahan jika kurangnya 1-2 Ritl
dan tidak selebihnya (3 dst). Jika di hitung dalam ukuran segi empat maka
ukurannya adalah 1 ¼ dziro’ dalam lebarnya, dan jika di ukur dalam ukuran
sesuatu yang bulat kedalamannya adalah 2 dziro’ dan diameternya adalah 1
dziro’. Haram menggunakan air yang digunakan untuk minum.
IJTIHAD TERHADAP KESUCIAN
Jika
ada sesuatu yang najis dan yang suci dan diantara keduanya terdapat suatu
kemiripan maka ber ijtihadlah untuk menentukan kesuciannya meskipun orang yang
ijtihad tersebut adalah orang buta tetapi jika ada orang yang dapat di percaya
atau ahli fiqih memberitahu tentang kesuciannya dan menjelaskan sebab sebabnya
maka ikutilah orang tersebut.
KEHARAMAN MENGGUNAKAN BARANG YANG TERBUAT DARI EMAS
ATAU PERAK
Haram menggunakan tempat
yang terbuat dari emas atau perak kecuali jika dalam keadaan darurat meskipun
hanya mengambilnya baik itu berbentuk kecil seperti tempatnya celak, barang
yang di tambal dengan emas dan tidak haram jika menambalnya dengan menggunakan
perak (jika sedikit) kecuali jika tambalannya besar dengan tujuan untuk hiasan.
Tetapi jika menyambung sesuatu dengan emas atau perak maka di perboehkan. Dalam
penyambungan dan penambalan dengan emas atau perak dapat dihasilkan dengan cara
dipenaskan terlebih dahulu.
SIWAK
Disunnahkan
menggunakan siwak dalam setiap waktu antara lain :
1. Ketika wudhu
2. Ketika akan sholat pada setiap
takbiratul ihram
3. Akan membaca al-qur’an, hadist,
dan dzikir
4. Gigi yang menguning
5. Ketika masuk rumah
6. Bangun dari tidur dan juga akan tidur
7. Setiap saat ketika mulut berbau
dan di makruhkan ketika dalam keadaan puasa
Siwak
dapat menggunakan kayu, (sikat gigi)kayu aroq itu lebih utama, kurma (bukan
dengan menggunakan jari jari tangan). Dan boleh mengguanakan kain yang telah di
basahi dengan air. Sedangkan Cara bersiwak adalah dengan menngerakkan kayu
siwak dalam lebarnya lisan dari kanan ke kiri dan dari ats ke bawah.
Sunnah
sunnah nabi yang lain diantaranya yaitu :
1. Menyisir rambut
2. Meminyaki rambut
3. Menggunakan celak secara ganjil
(kiri 2 kali dan kanan 1 kali)
4. Memangkas kumis
5. Memotong kuku
6. Mencabuti bulu ketiak
7. Menghilangkan bulu kemaluan
8. Menyisir jenggot
9. Menyemir rambut dengan menggunakan warna merah atau kuning
(keharaman menggunakan semir disesuaikan dengan keadaan zaman dan daerah masing
masing)
10. Memacari kedua tangan, kedua kaki
dengan menggunakan pacar (ketika menikah)
Makruh makruh dalam
memotong
1. Memotong rambut sebagian seperti
potongan mohak, punk, dll
2. Mencabuti uban
3. Mencabuti jenggot
4. Berjalan dengan mengguanakan satu
sandal atau berbeda
5. Menggunakan sepatu dengan berdiri
FARDHU WUDHU
Fardhunya wudhu ada 6
yaitu :
1. Niat ketika membasuh wajah, macam
macam niat
a. Niat menghilangkan hadast
b. Niat bersuci dari hadast
c. Niat bersuci untuk sholat
d. Niat untuk melaksanakan wudhu
e. Niat untuk melaksanakan fardhunya
wudhu
f.
Niat wudhu
g. Niat di perbolehkan untuk
melakukan fardhunya sholat bagi orang yang daimul hadast
h. Niat untuk di perbolehkan sholat
bagi orang yang mempunyai wudhu kemudian wudhu lagi
2. Membasuh wajah
Batasan
wajah lebar : antara telingan kiri sampai telinga kanan
panjang
wajah : dari tempat tumbuhnya rambut sampai jenggot
Bagian
bagian dari wajah antara lain :
a. Bulu mata
b. Alis
c. Bulu monyet
d. Godek baik dalam kulit atau
rambutnya
e. Jenggot, jika jenggotnya tebal
maka di basuh dhohirnya saja, dan jika tipis wajib menyelah nyelahi dan di
sunnahkan menyelah nyelahi jenggot yang tebal dari arah bawah
3. Membasuh kedua tangan sampai siku
siku dan sesuatu yang berada diantara keduanya seperti tumbuhnya tangan baru.
4. Mengusap sesuatu dari rambut atau
kulitnya rambut dalam batasannya rambut
5. Membasuh kaki dan kedua mata
kaki, pecahan pada kaki (seperti dalam tumit)
6. Tertib, kecuali jika dalam
menyelam meskipun hanya sebentar maka sah wudhunya dan wajib muwalah (terus menerus)
bagi oarang yang sedang beser dan menjaga niatnya
Perbedaan antara Tertib
dan Muwalah
a.
Tertib adalah berurutan antara anggota yang satu dengan anggota yang
lainnya
b.
Muwalah adalah sambung menyambung antara anggota satu dengan anggota
yang lain
SUNNAH SUNNAH WUDHU
1. Bersiwak
2. Membaca Basmalah yang disertakan
dengan niat pada awal basuhan kedua telapak tangan, jika lupa maka bacalah بسم الله في أوله وأخره seperti halnya dalam makan atau minum
3. Melafadzkan niat
4. Menjaga niat
5. Membasuh kedua telapak tangan
jika tidak yakin terhadap kesuciannya maka di makruhkan baginya memasukkan
tangan pada air sedikit sebelum membasuhnya
6. Berkumur dan nyesep air ke dalam
hidung secara bersamaan dalam satu cakupan tangan secara tiga kali
7. Mengulangi tiga kali pada setiap
basuhan dan usapan
8. Menyelah nyelahi kedua tangan
(mengusap atau menggosok tangan)
9. Mengambil keputusan dengan yakin
bagi orang yang ragu ragu
10. Mengusap kepala, jika tidak ingin
melepas penutup kepala maka usaplah bagian dari kepala kemudian disempurnakan
dengan mengusap penutup kepala secara tiga kali
11. Mengusap kedua telinga dalam segi
dhohir, batin dan setiap cela pada telinga dengan menggunakan air yang
baru
12. Menyelah nyelahi jari jari kedua
tangan dan kedua kaki dengan cara jari kelingking tangan kiri dimasukkan pada
jari kelingking kaki kanan dengan melalui arah bawah begitu juga sebaliknya
13. Muwalah (terus menerus)
14. Mendahulukan setiap anggota yang
kanan
15. Memanjangkan basuhan wajah dan
memendekkan basuhan kaki
16. Dilarang meminta pertolongan
untuk menyiramkan air kecuali dhorurat
17. Tidak memercikkan air setelah
wudhu
18. Tidak mengusap angota wudhu
dengan kain kecuali jika terlalu panas, dingin, atau takut najis
19. Menggerakkan cincin
20. Mengawali basuhan wajah dari arah
atas
21. Mengawali basuhan tangan dan kaki
dari jari jari, jika ada yang menyiramkan maka diawali dari anggota siku siku
dan mata kaki
22. Menggosok anggota
23. Mengsusap tempat kotoran mata
24. Menghadap kiblat
25. Menempatkan tempat wudhu pada
arah kanan, jika tempatnya luas
26. Airnya tidak berkurang jika
memanjangkan basuhan
27. Tidak berbicara [ada setiap wudhu
kecuali adanya maslaha (keperluan)
28. Tidak menamparkan air pada
wajahnya
29. Tidak mengusap leher
30. Berdo’a setelah wudhu, dan tidak
dipermasalahkan membaca do’a pada setiap anggota
اللهم اجعلني من التوابين واجعلني من المتطهرين وجعلني من عبادك
الصالحين سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان اه الا انت استغفرك واتوب اليك
Wajib
berijtihad pada setiap sholat fardhu, jika ia lalai dalam menentukan ijtihadnya
maka wajib memulia dengan berijtihad yang baru, dan jika ijtihadnya berubah
maka lakukanlah ijtihad yang kedua terhadap sesuatu yang akan dilaksanskisn (
akan melaksanakan sholat yang kedua dan tidaka wajib mengkodho’ pada sholat
yang pertama baiak perubahannya disebabkan kurang atau atau yang lainnya)
10. Tidak berbicara yang dapat
membatalkan sholat baik dengan ucapan 1 atau 2 huruf yang dapat memehamkan atau
dimengerti atau 1 huruf dengan membaca panjanga, meskipun dengan berdehem,
dipakasa, tertawa, menangis, merintih, bernafas dengan keras baik dari mulut
atau dari hidung. Dan tidak dipermasalahakan ( tidak membatalkan sholat)
berbicara 1 atau 2 hurf yang keluar dari lisannya karena “latah” atau lupa,
tidak tahu tentang keharaman sholat disebabakan baru masuk islam, orang yang hidup
dihutan yang jauh dari ulama’ atau tersenyum (tertawa tanpa suara) dll.
Tidak dipermasalahakan berbicara banyak pada hal-hal
yang menjadi suatu Udzur , termasuk dalam udzur yaitu membagusi bacaan yang
wajib meskipun dengan melagu Al-Qur’an tetapi jika dengan tujuan memberikan
kefahaman (menjadikannya suatau isyaraoh bahwa ia sedang sholat) maka batal
sholatnya.
Tidak membatalkan sholat orang yang dzikir, berdo’a (
dengan tidak berbicara) dan tidak melafadkan (do’a atau dzikirnya dalam artian
dengan cara kontak batin) dan juga t\idaka membatalkan diam yang lama karena
adanya udzur.
Cara
mengingatkan imama yang salah
a.
Bagi laki-laki dengan membaca tasbih.
b.
Bagi wanita dengan menepuk tangan yaitu dengan cara posisi telepak
tangan kanan menepuk pada dhohir tangan kiri.
11. Meninggalkan pekerjaan yang lebih
seperti menambah ruku’ atau rukun yang lainnya maka batal sholatnya jika ia melakukanya
dengan sengaja, atau melakukan 3 perbuatan yang dilakukan secara sambung-
mengambung seperti halnya melangkah 3 kaliatau 3 kali garukan selain pada
garukan karena gatal-gatal pada kulit, melompat dengan keras kesemuanya
membatalkan sholat baik dengan sengaja
atau tidak. Dan tidak menjasi suaatu permasalaha perbuatan yang sedikit atau
gerak yang ringan meskipun banyak seperti halany geranya jari-jari.
12. Tidaka makan dan minum, jika
makan atau minum dalam jumlah yang sedikit baik ketika lupa ataua tidak tahu
tentang keharamannya maka hal tersebut tidak mambatalkan sholat.
13. Tidaka ragu-ragu terhadap rukun
ucapan atau pekerjaan dan juga tidak ragu terhadap nian dan takbirotul ihro,
jika ragu-ragunya terlalu lama maka maka membatalkan sholat.
14. Tidak niat keluar dari sholat
atau bingung akan keluar dari sholat.
15. Tidak menggantungkan keluar
sholat terhadap sesuatu.
MAKRUH-MAKRUH DALAM SHOLAT
1.
Menengok atau memalingkan wajah, kecualai jika ada hajat.
2.
Mengangkat pandangan ke arah langit.
3.
Mengumpulkan rambut atau pakaiannya ( kecuali kalau ada hajat).
4.
Meletakkan tangan pada lisan tanpa adanya hajat.
5.
Mengusap debu yang ada di dahi.
6.
Meratakan ( memebrsihkan )
krikil atau pasir yang ada pada tempatnya sujud.
7.
Berdiri dengan menggunakan satu kaki.
8.
Mengedepankan salah satu kaki.
9.
Merapatkan kedua kaki.
10. Sholat dengan menahan kencing,
berak atau kentut dalam waktu yang masih lama( tidak berada ditengah-tengah
sholat atau sholat akan selesai).
11. Berkeinginan untuk makan karena
terdapat makanan dalam waktu yang masih lama.
12. Meludah ke arah kanan atau depannya
dan haram hukumnya meludah di Masjid.
13. Meletakkan tangan pada lempengan
tubuh (mengkerik).
14. Menganggukkan kepala ketika
ruku’.
15. Membaca surat pada rokaan yang
ketiga dan yang keempat kecualai jika ia mulai dari awal rokaat membaca surat (
maka tidak makruh).
16. Bersandar terhadap sesuatau yang
mana jika sandaran tersebut diambil amak ia akan jatuh, seperti bersandar pada
tembok.
17. Duduk istirochah tertalu lama
melebihi bata s duduk diantara du asujud.
18. Memanjangkan bacaan tasyahud
awala.
19. Meninggalkan membaca do’a pada
tasyahud akhir.
20. Bersamaan dengan imam didalam
melakukan sholat
21. Mengeraskan suara pada temapt
mensirrikan suara. Dan mensirrikan suara pada tempat mengeraskan suara bagi
ma’mum yang berada dibelakang imam.
22. Haram mengeraskan suatra karena
mengganggu pada yang lainnya.
23. Sholat dalam kandang atau tempat
penyembelihan hewan.
24. Sholat dalam jurang karena takut
akan datangnya banjir.
25. Sholat di geraja nasroni (كنيسه ) gereja yahudi ( البيعة)
26. Sholat di kuburan
27. Sholat pada tempat pemandian
28. Sholat pada tempatnya unta (
tempat untuk merawat seperti mengganti tepaka, memakaikan tempat duduk di
punggungnya).
29. Sholat pada jalam menuju pintu
ka’bah.
30. Sholat dengan memakia pkaian yang
terdapat gambar atau bntuk yang lainnya yang dapat melupakan sholat (
mengganggu kekusukan sholat).
31. Menutupi wajah ( cadar) atau
memakai krudung wajah).
32. Menyampingkan orang tidur
(memindahkan).
MENUTUPI TEMPATNYA SHOLAT
Disunnahkan
pada empatnya sholat dilindungi oleh sesuatu seperti tembok atau pagar dengan
ukuran kira-kira 2/3 diro’ dan ukuran antara kedua tembok adalah kira-kira 3
diro’. Jika tidak ada pelindung maka beralaslah dengan menggunakan tikar pad
tempatnya sholat atau menngunakan batasan seperti garis, dan di sunnahkan
mencegah oaring yang lewat didepannya. Dan haram hukunya lewat didepan
tempatnya orang yang sedang sholat kecuali jika sholatnya di tengah jalan,
sedangkan kalau lewat didepan garis maka tidak haram.
SUNNAH SUJUD SAHWI
Di
sunnahkan sujud sahwi 2 kali yang disebabkan 3 hal yaitu :
1.
Meningglakan kalimat tasyahud awal.
a.
Tidak qunut baik dalam sholat shubuh, witir pada pertengahan bulan
Ramadhan yang akhir.
b.
Meninggalkan bacaan sholawat pada nabi pada tasyahud awal, Qunut dan
tasyahud akhir.
2.
Meninggalkan suatu perbuatan yang tidak membatalkan disebabkan lupa (
apabila ditinggalkan maka tidak membatalkan sholatnya) dan batal apabila
dilakukan dengan sengaja.
a.
Menambah rukun pekerjaan (Fi’il) dalam keadaan luap.
b.
Tidak sujud terhadap sesuatu yang tidak dapat membatalkan sholat.
Disebabkan lalai atau tidak sengaja seperti halnya memalingkan wajah
(menengok), melangkah 1 atau 2 langkah.
Pengecualian
1.
Membaca fatichah yang bukan pad tempatnya Karen ketinggalan seperti
membaca ketika ruku’ atau I’tidal.
2.
Tasyahud yang bukan pada tempatnya seperti halanya dalam duduk diantara
dua sujud.
3.
Membaca surat bukan pada tempatnya seperti dalam ruku’ maka di
sunnhakna untuk sujud sahwi baik disengaj atau tidak.
c.
Tidak membaca tasyahud awal dan ia ingat pada saat berdiri dan tidak
kembali lagi ( untuk tasayahud awal ). Juka seseorang tersebut kembali dan ia
tahu tentang keharamannya sholata maka batal sholatnya.
d.
Jika kembalinya karena lupa atau tidak tahu maka tidak batal sholatnya
dan disunnhakn sujud sahwi.
e.
Wajib kembali bagi ma’mum yang mengikuti imam.
f.
Jika seoarang imam ingat sebelum ia berdiri mak kembalilah.
g.
Jika seseorang meninggalkan tasyahud awal dengan sengaja maka batal
sholatnya. Jika waktunya masih dekat.
h.
Jika seseoarng ingat tidak melakukan Qunut pada saat meletakkan dahi
pada lantai atau akan meletakkan maka janganlah kembali, dan di sunnahkan sujud
sahwi.
i.
Jika melebihi batasan orang ruku’. ( terlalu lama )
j.
Bingung terhadap perbuatan rukun fi’il.
k.
Jika seseoerang ragu- ragu terhadap ruku’, sujud, rokaat sholat maka
wajib meyakinkan (memastikan agar tidak ragu lagi) dan melakukan sujud meskipun
keraguan tersebut hilang sebelum salam. Kecuali jika keraguan tersebut hilang
sebelum menetapkan tambahan (seperti
halnya ragu terhdap bacaan fatichah tapi ia mengulanginya lagi maka tidak wajib
melakukan sujud.
l.
Juka ragu-ragu terhadap jumalah bilangan rokaat 3 atau 4 maka
I’tiqotkanlah pada bilangan yang lebi sedikit.
m.
Jika keraguan bilangan sebelum akhir sholat maka tidak perlu sujud
sahwi dan jika hilang setelah roka’at maka sujudlah.
n.
Tidka menjadi permasalahan setelah salam ragu-ragu terhadap suatu rukun
yang ditinggalkan kecuali ragu-ragu terhadap niat adan takbirotul ihrom (maka
membatalkan sholat).
o.
Sujud disunnahkan bagi ma’mum yang lupa atau disebabkan sengajanya
imam.
p.
Jika imam meninggalkan sujud sahwi atau berhadas sebelum senpurnanya
sholat atau ma’mum mengetahui kesalahan imam maka janganlah mengikuti imam
tersebut.
q.
Janganlah ma’mum melakukan sujud sahwi untuk dirinya sendiri dibelakang
imam yang suci (tidak batal atau tidak bermasalah).
r.
Jika makmum berperasangka terhadap salamnya imam ( mengangap iman telah
salam tapi ternyata imam belum salam) sehingga jelas perbedaan diantara
keduanya mak awajib mengulangi salamnya bersama imam dan tidak perlu melakukan
sujud.
s.
Jika ma’mum ingat terhadap rukun yang ditinggalakna pad asaat tasyahud
selain ragu terhadap niat dan takbirotul ihrom maka hendaknya menambahi satu
rokaat dan tidak perlu melaksanakan sujud sahwi dan jika tidak dilakukan
(menambahi satu rokaat maka batal sholatnya) .
t.
Jika ma’mum ragu teradap rukun yang ditinggalkan dan ingat pada saat
takhiyyat akhr maka menambahi 1 rokaat setelah salamnya imam dan hendaknya
melakukan sujud sahwi.
u.
Jika imam melakukan sujud sahwi maka wajib mengikutinya.
v.
Jika menjadi ma’mum masbuq maka wajib sujud bersama dengan imam, jiks
ismsmnys melakukan sujud. Dan jiak tidak maka disunnahkan melakukan sujud untuk
dirinmya sendiri pad akhir sholat.
w.
Sujud sahwi dilaksanakan 2 kali sujud seperti halnya sholat, meskipun
yang lupa itu banyak.
x.
Tempaynta sujud yaitu antara salam dan tahiyyat.
y.
Tida perlumelaksankan sujud apabila salamnya disengaja, atau lupa
tetapi jarak pemisahnya terlalu lama. Tapi jika jarknya dekat maka bersujudlah.
SUJUD TILAWAH
Disunnahkan
sujud tilawah pad 14 ayat sajadah bagi orang yang membaca, mendengarkan,
terdengar bacaan ayat sajadah.
a.
kecuali jika yang baca adalah oarang yang sedang tidur (Ngeleindur),
junub, mabuk, lupa.
b.
Dianjurkan sujud bagi orang yang mendengarkan jika imamnya melakukan
sujud.
c.
Sedangkan ketika sholat ma’mum wajib mengikuti pada imam jika imam
melakukan sujud mam ma’mum wajib sujud, jika tidak mengikuti maka batal
sholatnya.
d.
Dan jika yang membaca ayat sajadah adalah ma’mumnya maka tidak wajib
melaksanakan sujud( untuk dirinya sendiri ).
e.
Mengulang sujudnya jika mendengar bacaan ayat sajadah lagi meskipun
dalam satu rokaat terdapat banyak ayat sajadah. kecualai jika pada waktu yang
dimakruhkan.
f.
Ketika sholat membaca ayat sajadah dengan niatan untuk melakukan sujud
tilawah tetapi tidak melaksanaknnya apabila disengaja meninggalkan sujud maka
batal sholatnya.
SUJUD
SYUKUR
Disunnahkan
melakukan sujud syukur ketika:
1.
Mendapatkan Ni’mat.
2.
Terhindar dari musibah.
3.
Melihat orang yang fasiq agar kita terhindar.
4.
Melihat orang yang terken bencana atau musibah agar kita diberi
keselamatan dan orang yang terkena musibah agar diberi ketabahan.
5.
Ketika membaca ayat SHOD pada selain sholat. Jika
dilakuakn pada sholat maka dengan sengaja atau menegtahui tentang keharamannya
maka sholatnya batal.
SHOLAT SUNNAH
Sholat
sunnah yaitu sholat selain sholat fardhu.
1.
Sholat 2 hari raya ( lebih utama).
2.
Gerhana bulan atau matahari.
3.
Istisqo’
4.
Witir, minimal 1 rokaat maksimal 11 rokaat dan waktunya antara isya’
sampai dengan munculnya fajar dan pada akhir setelah melakukan sholatr malam,
atau mengkahirkan pada kahir malam jika ia bangun (lebih utama) dan boleh
menggabungkan witir dalan satu salam sedangkan yang lebih utama adalah 2 kali
tasyahud.
Cara melaksanakan sholat witir
Jika melkasnaka dengan 3 rokaat mak setelah membaca
fatichah pad rokaat pertama membaca surat al’A’la, dan pad rokaat yang kedua
membaca surat al-Kafirun dan pad rokaat yang ketriga membaca surat
Mu’awwadatain (3 surat yang terakhir pada Al-Qur’an).
5.
Sholat fajar.
6.
Sholat sunnha rawatib, 2 rokaat sebelum dhuhur, jum’at setelh magrib,
setelah isya’.
7.
Tarawih, 20 rokaat selain pada madinah dan setiap 2 rokaat salam
sedangkan waktunya antara isya’ sampai dengan munculnya mtahari.
8.
Dhuha, 2 s/d 8 rokaat an triap 2 rokaat salam sedangkan ewaktunya
dimulai setelah naiknya matahari s/d waktu istiwa’.
9.
Ihrom.
10. Towaf.
11. Tahiyyatul masjid.
12. Sunnah wudhu’
13. Istikhoroh.
14. Hjat
15. Tasbih. Dll.
Alahamdulilah
terjemahan kitab Minhajul Qowim ini dapat terselesaikan pada tanggal 14
November 2010/ 8 Dzul hijjah 1431 H. pada pukul 10.00. Semoga terjemahan ini
menjadi suatu amal yang sholeh yang dapat menghapus dosa dan kekhilafan serta
menghantarkan menuju ridho Allah swt, dan bermanfaat bagi siswa-siswi MDS Ar-Riyadl dan
kaum muslimin pada umumnya.
Tak lupa penulis
memohon kepada Alloh agar senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada Syeh Sihabuddin Ibnu Hajar Al-Haitami pengarang kitab, kepada dan kepada kita semua yang senantiasa bersemangat untuk
mempelajari kitab-kitab
fiqih.
Kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat penulis harapkan. Saya ucapkan jazaakumulloh kepada semua pihak yang
telah membantu demi selesainya penerjemahan ini. Dan mohon maaf atas segala
kekurangan. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad,
keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang senantiasa berusaha
mengikutinya hingga Hari Kiamat kelak. Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.
terima kasih.
BalasHapussangat membantu :)
Ada yang muqoddimah ga ?
BalasHapusMakruh wudhu ga ada yaa??
BalasHapusbab bersuci aja kah ????
BalasHapusYang juz tsani juga dong ustad
BalasHapusGk ada lanjutannya?
BalasHapusGk ada lanjutannya?
BalasHapusBab toharoh...keterangan tentang air laut tad....
BalasHapusMatur suwun sak derenge
Matur nuwun
BalasHapusSangat membantu
Ditunggu kelanjutanipun🤗🤗