Senin, 24 Juni 2013

Sejarah & Profil PP. Roudlotul Muta'allimin- Mat



SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN
PUTRA PUTRI ROUDLOTUL MUTA’LLIMIN- MUTA’ALLIMAT

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang diperkenalkan di Jawa sekitar 500 tahun yang lalu. Sejak saat itu, lembaga pesantren tersebut telah mengalami banyak perubahan dan memainkan berbagai macam peran dalam masyarakat Indonesia. Pada zaman walisongo, pondok pesantren memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Juga pada zaman penjajahan Belanda, hampir semua peperangan melawan pemerintah kolonial Belanda bersumber atau paling tidak dapat dukungan sepenuhnya dari pesantren . Selanjutnya, pondok pesantren berperan dalam era kebangkitan Islam di Indonesia.
Pondok Pesantren Roudlotul Muta’allimin – Muta’allimat adalah salah satu pondok yang turut berperan untuk menyebarkan dakwah islam. Pondok Pesantren Roudlotul Muta’allimin – Muta’allimat terletak di desa Kedungcangkring Kec. Jabon Kab. Sidoarjo Provinsi Jawa Timur. Pondok Pesantren Roudlotul Muta’allimin – Muta’allimat di dirikan  Sekitar tahun 1965 oleh KH. Ach. Aruqot, beliau adalah seorang ulama’ dan tokoh masyarakat yang sangat di segani oleh masyarakat sekitar. Dengan segala upaya KH. Ach. Aruqot berusaha untuk mengembangkan lembaga pendidikan pondok pesantren tersebut. Setelah berhasil mendirikan pondok pesantren Roudlotul Muta’allimin (pondok khusus putra)dengan santri kurang lebih berjumlah 10 orang yang berasal dari daerah yang berlainan, beliau kemudian mendirikan pondok pesantren Roudlotul Muta’allimat (pondok khusus putri) bersama menantunya yaitu KH. Chayyun. Dengan jumlah santri putri kira kira 15 orang. Dari tahun ke tahun, santri pondok pesantren Rudlotul Muta’llimin-Mat semakin banyak, sehingga KH. Ach. Aruqot menyerahkan Pondok Pesantren Roudlotul Muta’allimat ke menantunya yakni KH. Chayyun. KH. Ach. Aruqot hanya mengelola pondok khusus putra yang di kenal dengan nama Pondok Pesantren Roudlotul Muta’allimin.
Setelah KH. Ach. Aruqot wafat yaitu pada tahun 1970, maka perjuangan beliau di teruskan oleh KH.Moh. Asif Aruqot yang merupakan anak ke – 5 dari KH. Ach. Aruqot  dan di bantu oleh saudara saudaranya, Diantaranya yaitu KH. Muhaimin Aruqot dan KH. Qurrotul Aini. Sementara pondok Putri yang di asuh oleh KH. Chayyun di teruskan oleh KH. Machfudz Chayyun, KH. Muharror Chayyun. Seiring dengan perkembangan zaman Pondok Pesantren Roudlotul Muta’allimin-Muta’allimat juga mengalami perkembangan yang sangat pesat, santri yang semakin banyak bahkan mencapai 300 santri sehingga di butuhkan gedung bangunan yang layak. Dengan dukungan masyarakat di sekitar desa Ked. Cangkring dan para alumni, Pondok Pesantren Roudlotul Muta’allimin bisa membuat bangunan atau gedung yang layak untuk di tempati dan dijadikan sebuah lembaga pendidikan.
Mengingat sudah memiliki tanah dan gedung sendiri untuk dijadikan  lembaga pendidikan maka para pengurus Pondok Pesantren Roudlotul Muta’allimin Muta’allimat  menghadap kepada Notaris Ny. Ary Soenarjo S,H untuk di notariskan. Yang sekarang kita kenal dengan Pondok Pesantren Putra Putri Roudlotul Muta’allimin Muta’llimat dengan santri yang kurang lebih berjumlah 300  santri.
Demikian sekilas sejarah berdirinya Pondok Pesantren Putra Putri Roudlotul Muta’allimin Muta’llimat yang terletak di Desa Kedungcangkring Kec. Jabon Kab. Sidoarjo.
VISI DAN MISI PONDOK PESANTREN
Visi
Terwujudnya generasi  yang berakhlakul karimah, agamis, berjiwa  patriot, cerdas  berkualitas dan terampil
Misi
1.    Melaksanakan kegiatan yang berorientasi pada keimanan dan ketaqwaan.
2.    Membiasakan anak berperilaku sholeh/sholehah, tawadhu’ dan mengembangkan Ukhuwah Islamiyah.
3.    Meningkatkan disiplin di lingkungan lembaga.
4.    Mengembangkan nasionalisme dan rasa cinta tanah air.
5.    Menciptakan lingkungan belajar yang bersih, asri dan nyaman.
6.    Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang berkualitas berdasarkan kurikulum yang berlaku melalui PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan )
7.    Mengembangkan keterampilan yang berorientasi masa depan
K H.MUHAIMIN ARUQOT
KH. Muhaimin A.A lahir di kedung cangkring putra kesebelas KH. A. Aruqot tepatnya tahun 1936. Sejak dini beliau sudah mengenal lingkungan islam. Karena ayah beliau yakni KH. A. Aruqot merupakan ulama' kharismatik yang terkenal kealimannya terutama pada saat beliau menjadi pendiri ponpes Roudlotul Muta'allimin.
Kesehariannya beliau nyantri pada ayahnya sendiri yang mengkaji kitab Irsyad al- Ibad dan Fathul Qorib. Mengenai bidang akademik beliau memiliki kesan yang terkenang sampai saat ini demi menyelesaikan studinya tingkat madrasah. Beliau rela empat kali berpindah tempat belajar, karena memang fasilitas belajar pada saat itu sangat minim.
Setelah cukup dewasa beliau berkeinginan untuk menambah wawasan agamanya. Tepatnya pada tahun 1964 beliau nyantri ke Kali Wungu Semarang bersama keponakannya KH. Mawahibus Somad dan temannya Mudzakkir. Pada saat mondok beliau termasuk santri yang qona'ah dan apa adanya yang mempunyai himmah yang tinggi meski bekal pas-pasan  beliau tetap pada tekadnya yaitu THOLABUL 'ILMI.         Dua setengah tahun beliau di Kali Wungu akhirnya beliau kembali ke kampung halamannya berbekal suara yang bagus. Beliau mengamalkannya menjadi guru qiro'ah di berbagai tempat, diantaranya : Kali Dawir, Kali Tengah, Porong, dan lain-lain.dengan pengalaman mengajar akhirnya tidak sedikit kalangan masyarakat yang nyantri di PPRMM.
Pada tahun 1967 bulan januari beliau melepas masa lajangnya menikah dengan  "Mahnunah" gadis berasal dari Kedung Cangkring. Waktu akad nikah beliau dihadiri dan direstui oleh KH. Siroj Kholil, KH. Abdul Latif, dan Mbah KH. Ali Mas'ud Pagerwojo Waliyulloh. Saat ini beliau merupakan tokoh masyarakat yang disegani. Beliau juga menjadi ketua Dewan Syuro NU Ranting Kedung Cangkring yang selalu aktif dalam kegiatan-kegitan keagamaan bersama warga Nahdliyin.

K H ASIF ARUQOT
Pada Tahun 1939 saat penjajah masih menindas bangsa Indonesia. Lahir seorang bayi yang bernama Asif. Beliau dikalangan keluarga yang taat beragama dari pasangan KH Ahmad Aruqot dan Hj. Aminah. Suasana gembira mewarnai wajah orang-orang yang menyaksikan lahirnya sang bayi di alam fana ini yang kelak menjadi figur panutan umat.
Sebagai Ulama’ pembawa panji bendera risalah Suci Rosulullah, sang ayah KH. Ahmad Aruqot berusaha dengan rasa ikhlas mendidik putra putrinya dengan harapan supaya nanti menjadi anak yang berbakti serta menjadi penerus perjuangan nya yang taat beragama. Begitu juga kepada A. Asif putranya.
Menurut Shohibul Hikayat, Al-Mukarrom adalah seorang yang cerdas di dalam segala bidang  terutama di dalam menerima pelajaran agama dari ayahnya sendiri. Tapi hidup di zaman panjajahan memang penuh cobaan bagi A. Asif, bahkan di suatu hari keluarga Beliau serta warga Kedungcangkring mau tidak mau harus mengungsi ke kota Bangil demi menghindari desingan dan serpihan peluru. Itupun harus ditempuh dengan jalan kaki. Beliau sekeluarga tinggal disini dengan segala kekurangan selama ±1 bulan. Dari peristiwa inilah A. Asif terlatih untuk bersikap sabar didalam menghadapi musibah.
Setelah Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaanya, semuanya berangsur-angsur membaik dalam segi keamanan dan ekonominya sehingga segala rutinitas apapun akan berjalan lurus dengan sedikit hambatan.
Di usia menginjak dewasa (baligh) Beliau membuka lembaran baru. Rasa haus akan ilmu Agama di dada Beliaulah telah mengantarkan nyantri ke beberapa Pondok. Bahkan menurut riwayat, Beliau telah mendalami Ilmu di Pesantren selama ±16 tahun. Diantaranya adalah sampai mondok di Ploso selam 6 tahun mulai tahun 1960 sampai 1966 yang pada waktu itu Ploso masih diasuh oleh KH Jazuli Usman.
Pulang dari pondok A. Asif membantu ayahnya dalam menmgemban tugas mengajar dan memantau jalannya pondok Beliau juga pernah mengajar di MINU + Mu’allimin (cikal bakal Avisena).
Sampai tahun 1969 Beliau melangsungkan akad nikah dengan putri seorang Kyai dari Mojosari yang bernama “Aliyah” hingga saat ini dikaruniai 7 anak 4 putra dan 3 putri.
Di masyarakat, selain terkenal sebagai Da’i, Kyai yang sabar dan selalu Qona’ah ini mahir dalam memukul rebana, bahkan Beliau pernah menjabat sebagai ketua ISHARI Kabupaten Sidoarjo.
Semua ini hanya Allah yang mengatur, karena semua itu milik-Nya, sehingga pada tahun 2002 hari Rabu tepatnya tanggal 24 April Beliau kembali kehadirat Allah SWT. Seluruh santri dan warga khususnya Kedungcangkring sangat merasa kehilangan sosok Kyai yang dermawan terhadap fakir miskin dan juga baik hati. Kita semua hanya bisa bedo’a semoga Allah menerima semua amal baiknya dan memberi ampun segala kesalahannya. Amin.

K H. MUHARROR HAYYUN
KH. Muharror Hayyun lahir di Kedung Cangkring pada tanggal 17 april 1948. Sebagaimana umumnya pemangku ponpes, sejak dini putra-putrinya di didik secara islami dalam lingkungan pondok.
Di sela-sela pendidikan formalnya, lulusan D3 IAIN ini menyempatkan lawatannya ke beberapa pondok diantaranya :
1.            Ponpes Sidogiri (1961-1962) yang di asuh oleh KH. Kholil,
2.            Ponpes Kali Wungu (1963) yang di asuh oleh KH. Rukhiyat,
3.            Ponpes Kudus (1963-1964) yang di asuh oleh KH. Arwani,
4.            Ponpes al-Falah Ploso (1964-1967) yang di asuh oleh KH. Jazuli Usman.
Sepulang dari Pondok berguru langsung pada ayahnya sendiri untuk mengkaji beberapa kitab salaf atau klasik seperti : Tafsir Khozin, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Jalalain, dan lain-lain hingga KH. Hayyun wafat.
            Dengan ilmu yang pernah beliau peroleh dari PGAN (Pendidikan Guru Agama NEGERI), beliau mengajar MI Mojosari  (1967-1970), MTS dan MA Mojosari. Beliau juga pernah di suruh KH. Bahruddin, pengasuh Ponpes Darut Taqwa Sengon, untuk mengajar kitab Ihya' Ulumuddin mulai tahun 1987-1988. Di Ponpes Roudlotul Muta'allimin-mat pun pada umur 19 tahun, beliau sudah mengajar di sekolah Madrasah Diniyah Salafiyah (cikal bakal MDS ar-Riyadh).
            Saat ini beliau memimpin KBIH ar-Roudloh yang di dirikan pada tahun 2000, yang bermula dari permintaan para jama'ah pengajian rutin ahad pagi. Walaupun baru saja berdiri, yayasan ini dapat di anggap sukses membimbing dan mengantarkan para jama'ah haji Indonesia. Semoga beliau selalu mendapatkan rahmat dan kekuatan dari Allah SWT agar dapat selalu mendidik kita dan mengajar serta mensyi'arkan islam pada masyarakat luas, Amin.

K H. MAWAHIBUS SHOMAD HAYYUN

Putra ke 4 (empat) dari K.H Hayyun dan Nyai Musannadah, K.H Mawahibus Shomad dilahirkan, tepatnya pada tahun 1950.
Sebagai penerus kholifah beliau telah menanamkan jiwa kepemimpinannya, dengan wujud mendirikan sebuah pondok pesantren anak-anak yaitu pondok pesantren DARUSSALAM , yang mana pondok tersebut didirikan pada tahun 1984.
Didalam perjalanan hidupnya, sejak kecil beliau sudah disugui dan dibekali ilmu agama oleh ayahnya. Sehingga dengan ilmu tersebut K.H Mawahibus Shomad dapat melangkah dan menempuh masa-masa hidupnya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Tidak cukup sekedar sampai disitu, K.H Mawahibus Shomad juga merintis ilmunya diberbagai pondok pesantren. Demi mencapai apa yang telah dicita-citakan, K.H Mawahibus Shomad mulai melangkah dari beliau Syech Masduqi sebagai gurunya di pondok pesantren Lasem selama 7 tahun. Setelah menempuh 7 tahun dipondok pesantren Lasem, beliau melanjutkan perjalanan hidupnya dengan tetap mencari segudang ilmunya dipondok pesantren Kali Wungu selama 3 tahun, yang pada saat itu abah dari Syech Arwani sebagai guru beliau.
Sepulangnya dari pondok pesantren, beliau tidak menepikan cita-citanya. Akan tetapi, dengan ketekunannya beliau masih menggalih beberapa ilmu pada ayahnya sendiri yaitu K.H Hayyun.
Setelah mencapai usia 17 tahun, beliau menikah dengan putri yang berusia 15 tahun, beliau bernama Umi Kulsum. Sehingga dari perjalanan cinta kasihnya, beliau dikarunia 5 putra yang diantaranya:
                     1.         Zahro
                     2.         Zainur Ridlo
                     3.         Zulma
                     4.         Atho'illah
                     5.         Zumrho
K.H Mawahibus Shomad bukanlah figur yang kaya dengan harta dan ilmu saja. Melainkan beliau juga kaya akan istri. Dengan keadilan dan kebijaksanaan beliau, beliau mempunyai 17 istri, dan 27 putra. Namun dari ke 17 istrinya yang tidak dicerai hanya 4. Yaitu:
                     1.           Umi Kulsum         > dengan putra 5
                     2.           Ibu Dewik            > putranya hanya 2 ( Makin & Rosyid )
                     3.           Ibu Ulfa                > putranya 3
                     4.           Istri yang ke empat tidak mempunyai seorang putra.
Akan tetapi....... didalam kehidupan yang hanya sementara ini, kehidupan yang tidak kekal adanya, pastilah apa yang bukan kepunyaan kita dan kepunyaan orang lain hakikatnya akan kembali kepada Alloh SWT. Karena semua yang ada dilangit dan dibumi adalah semata-mata kepunyaan Alloh SWT. Pada tanggal 12- Jumadil Awal-1997, K.H Mawahibus Shomad telah kembali keharibaan Alloh SWT. انا لله وانا اليه راجعون  . dengan ini kami hanya bisa berharap dan berdo'a semoga apa yang menjadi amal kebaikkannya dapat diterima disisi Alloh SWT. Amien.....

K H. MAHFUDZ HAYYUN
KH. Mahfudz Hayyun di lahirkan pada tahun 1954, beliau adalah salah satu dari putra KH. Hayyun dengan ibunda Nyai Musannadah yang ke-lima
            Jikalau kita melihat secara sepintas mungkin sedikit kurang percaya dengan pribadi yang beliau miliki sampai saat ini sebab dengan kealiman yang beliau miliki yang sudah bisa kita rasakan bersama ternyata banyak beliau gapai dari kediaman sendiri sebab dalam catatan sejarah al-Mukarrom dapat di katakan tidak pernah mondok, hal itu karena kepergian beliau untuk menunutut ilmu ke negeri lain Waqila Kali Wungu Jateng, Ploso Kediri, Petuk Kediri hanyalah di tempuh dengan kurun waktu yang relativ singkat di batoanpun yang ketika itu di asuh oleh al-Alamah KH. Jamaluddin juga di tempuh dalam tempo yang singkat  yakni selama 9 bulan, hanya  saja di sini beliau dapat menghatamkan kitab Ikhya' Ulumudin sebanyak 4 juz tanpa harus absen sama sekali kecuali 3 hari saat ibunda beliau wafat dan di Batoan inilah beliau mengakhiri perjalanannya untuk kembali pulang ke kampung halaman tercinta.
            Sepulang dari Batoan tanpa di duga dan di yakini oleh banyak masyarakat akan keberanian dan kemampuan beliau dalam membantu ayahnya untuk mengembangkan Pesantren melalui kitb-kitab yang beliau ajarkan, ba'du riwayat : beliau mengajar kitab Ihya' Ulumudin sebagai badal dari ayahnya, Tafsir Munir, I'anatut Tholibin, dan lain-lain. Kekurang percayaan mereka saat itu akan kealiman beliau sepulang dari Batoan oleh karena itu pada mulanya semasa beliau masih belajar bersama-sama santri ayahnya. Tanda-tanda kealimannya masih belum begitu tampak, akan tetapi bagaimanapun juga lambat laun masyarkat menyadari dan mengakui kalau beliau memang benar-benar alim dan patut di jadikan panutan.
            Dalam hal berumah tangga pada tahun 1981 tepatnya umur 27 tahun beliau menikah dengan Asmaul Husna yang berasal dari desa Klopo Sepuluh sampai pada tahun 1984 beliau menikah yang kedua kalinya dengan seorang gadis dari negeri Singo Padu Tulangan yang bernama Uswatun Hasanah. Hingga saat ini dengan di karuniai 2 putra dan 3 putri. Semoga beliau sekeluarga selalu mendapatkan inayah dan kekuatan dari Allh SWT. Sehingga dapat mendidik dan membimbing kita menuju Ridlo Ilahi.

AGUS H. SHOBAHUS SURUR ASIF

Beliau adalah putra kedua dari KH. Asif A.A, lahir pada tanggal 9 juli 1973. Masa-msa kecilnya telah di habiskan di lingkungan pondok ini yang masih kental keilmuan agamanya sampai sekarang. Mulai kecil ayahnya sudah memberikan keagamaan kepadanya, ayahnya tak ingin calon penerus perjuangannya dalam mengemban tugas menyebarkan agama Allah gagal di karenakan bodoh akan ilmu, oleh sebab itu mulai dari Safinah dan Bidayah ayahnya lah yang langsung mengajarinya, Tapi untuk ilmu Nahwu beliau mengaji pada KH. Hayyun dalam memahami kitab Jurumiyah.
            Dalam pendidikan formalnya, beliau telah menamatkan SMP Avisena pada tahun 1986 dan pada tahun ini pula dengan niat bulat dan tekad yang kuat dalam memperluas ilmu agamanya, beliau rela meninggalkan desa tercintanya untuk pergi mondok ke Ploso yang diasuh oleh KH. Zainuddin Usman. Beliau tak peduli apa yang di katakan orang barat bahwa remaja adalah masa untuk senang-senang dan hura-hura, tapi menurut beliau kebahagiaan itu hanya di akherat nanti sedangkan jalan utama menuju surga adalah agama dan ilmu yang manfaat.
            Waktu terus bergulir tak peduli musim dan huru-hara selama 10 tahun lamanya Agus Shobahus Surur menimba ilmu agama dengan harapan mendapatkan ilmu yang bermanfaat agar dapat meneruskan perjuangan para Ulama' terdahulu. Ini terbukti dengan pengajian Fathul Qorib yang diadakannya sekembali dari pondok.
            Pada tahun 2003 beliau pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Kemudian setelah itu beliau menikah dengan putrinya Kyai Ngampel yang bernama Hj. Saniah, yang mana dulunya pernah nyantri di PPRMM sini dan sekarang dari pernikahan ini telah lahir 2 putri dan seorang putra.
            Yang terakhir semoga beliau sekeluarga tetap dalam naungan Rahmat Allah dan tetap sehat. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar